1.
Kamboja
Kamboja
terdiri dari sebagian besar etnis Champa dan masih terdapat etnis Khmer.
Interaksi masyarakat turunan etnis Champa dan Khmer dalam kehidupan
sehari-hari, baik pertanian, perdagangan serta kehidupan relijius, telah
terjalin lama sejak tanah Indo-China itu masih terbagi ke dalam
kerajaan-kerajaan
Beberapa ahli
sejarah mengatakan bahwa Islam baru diperkenalkan di Kamboja pada abad XI
karena peran penting kaum Muslimin yang menjadi pejabat dalam pemerintahan
Kerajaaan Champa, yang setelah keruntuhannya, kaum Muslimin Champa ini
mengungsi ke wilayah Kamboja.
Ketika rezim
Khmer Merah berkuasa selama hampir 4 tahun dari tahun 1975 – 1979, ratusan ribu
Muslim telah menjadi korban pembunuhan massal, lebih dari seratus masjid
dihancurkan dan lebih banyak lagi masjid yang mengalami penistaan karena
beribadah termasuk hal yang dilarang dalam paham komunal Ultra Nasionalis
pimpinan Pol Pot yang diyakini Khmer Merah saat itu dan juga akibat berbagai
konflik.
Pada tahun
1979, secara perlahan-lahan kehidupan kaum Muslimin membaik dan Islam kembali
memiliki kebebasan untuk berkembang. Saat ini, Muslim Kamboja dapat menjalankan
ibadah mereka dengan normal dan terbuka seperti juga kebebasan yang dimiliki
oleh penganut Buddha Theravada, agama mayoritas penduduk Kamboja. Mereka juga
dapat menikmati kehidupan demokrasi dengan tetap memiliki hak-hak yang sama
dengan warganegara Kamboja lainnya, seperti hak untuk memilih dan dipilih dalam
politik
Angka harapan hidup adalah 60 tahun
untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan pada tahun 2010. Ini meningkat
dari angka harapan hidup pada tahun 1999 yaitu 49,8 tahun untuk laki-laki dan
46,8 tahun untuk perempuan. Pemerintah Kerajaan Kamboja berencana untuk
meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya dengan menanggulangi HIV/AIDS,
malaria, dan wabah lainnya. Anggaran yang dikeluarkan untuk kesehatan adalah
5,8%.
Budaya di Kamboja sangatlah
dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan dibangunnya Angkor
Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain, seperti, Festival Bonn
OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang diadakan setiap November.
Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola. Tarian Kamboja dibagi menjadi tiga
kategori: tarian klasik Khmer, tarian rakyat, dan tarian sosial
2.
Bhutan
Bhutan
adalah sebuah negara kecil di Asia Selatan yang berbentuk kerajaan dan dikenal
dengan Negeri Naga Guntur. Wilayahnya terhimpit antara India dan Republik
Rakyat Tiongkok. Nama lokal negara ini adalah Druk Yul, artinya "Negara
Naga". Gambar naga pun didapati di benderanya.
Di
Bhutan, efek globalisasi yang melanda masyarakatnya adalah tren 10 tahun yang
lalu di dunia barat. Begitulah cara mereka mengkondisikan masyarakatnya agar
seimbang antara urusan siritual dan materinya. Masyarakat Bhutan cenderung tak
acuh terhadap TV, radio dan internet Mereka tak peduli ketika tak update
teknologi terbaru. Mereka tetap bahagia dengan kehidupan mereka.
Salah
satu efek dari kesadaran menjaga lingkungan adalah berkurangnya polusi. Wilayah
mereka memang sedikit ada pencemaran yang disebabkan dari mobil. Akan tetapi
mereka sangat jauh dari pabrik dan bisnis penghasil limbah yang menyebabkan
polusi besar-besaran. Ini membuat udara, air, serta tanah tidak tercemar. Ini
sebabnya pemandangan di Bhutan masih tampak asri.
Budha adalah salah
satu agama yang menenangkan dan membahagiakan. Mereka percaya bahwa orang yang
semasa hidupnya baik dekat dengan-Nya dan mereka akan bereinkarnasi menjadi
makhluk yang lebih baik lagi. Ini mendorong para pemeluknya berbuat baik kepada
sesama. Saling berbuat kebaikan membuat mereka hidup damai dan bahagia.
3.
India
Agama di India ditandai dengan
keragaman keyakinan dan juga praktik keagamaan. Dipastikan hampir setiap bulan
bahkan setiap minggu selalu ada festival yang dimulai dengan berbagai macam
Ritual. Berbagai macam festival dan ritual dijalani oleh penduduk India dengan
suka cita dan dilaksanakan secara besar besaran. Bahkan keseharian penduduk
India tak lepas dari ritual keagamaan.
Mayoritas penduduk India
bergama Hindu. Mencapai 80.5 % menjadikan negara India berjuluk negeri
Hindustani. Bahkan Agama Hindu lahir dari negeri ini. Hindu juga dipercaya
sebagai Agama tertua di dunia. Dimulai dari peradaban Lembah Indus disepanjang
sungai Gangga yang dipercaya memberikan kesuburan dan Kemakmuran. Berkembang
dengan Cerita tentang Mahabharata, Ramayana dan Dewa Dewi agama Hindu. Di India
cerita ini bukan dongeng semata melainkan menjadi bagian dari ritual keagamaan. Selain agama hindu, terdapat juga agama
lain seperti Islam, Kristen, Sikh, Budha, Jain dll
Bagi
masyarakat India, hubungan sosial yang baik merupakan kebutuhan yang sangat
penting. Keramah-tamahan adalah sebuah kebiasaan dan harus selalu dilakukan
oleh mereka. Setiap tetangga atau orang baru yang mereka temui dianggap sebagai
sebagai saudara dan mereka senang akan hal tersebut.
Masyarakat
India sangat memegang teguh budaya mereka. Di zaman yang saat ini sudah serba
modern seperti saat ini, kebudayaan mereka masih terlihat kental dan menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat. Dari cara berpakaian mereka contohnya, disaat
cara berpakaian dan gaya model Eropa terus meningkat, wanita-wanita India tetap
setia dengan pakaian khas mereka; Saree, Kurta Pajama, atau Salwar Kameez.
Tidak hanya itu menurut Rozi, masyarakat India pun bangga dan bahkan rajin
mempromosikan kebudayaan mereka ke negara-negara lain, seperti lewat musik,
tarian, film maupun kesenian lainnya.
Masyarakat India juga
senang membaca dan berdiskusi, baik itu yang berhubungan dengan kuliah ataupun
masalah umum, yang signifikan ataupun yang tidak. Mereka senang mendengarkan
orang lain bicara, tetapi mereka juga berharap untuk didengar. Jika Kamu
berbicara tentang suatu hal, maka mereka akan diam mendengarkan. Namun, jika
apa yang Kamu katakan berbeda dengan apa yang mereka pikirkan, mereka akan
berusaha membantah, yang menunjukkan sikap mereka yang kritis dan senang dengan
diskusi.
4. Singapura
Singapura mungkin tak
lebih luas dari Jakarta, namun harus diakui negara kecil ini memang hebat.
Bahkan Indonesia harus mengakui jika di beberapa sektor jauh ketinggalan dari
negara kecil ini, terutama soal pendidikan dan juga kesehatan. Kehidupan
perkotaan ala Eropa, pendidikan yang maju, teknologi unggul, serta banyaknya
tempat hiburan merupakan ciri dari negara Singapura.
Kehidupan
yang serba modern diikuti dengan biaya hidup yang tinggi. Gaji yang dibilang
sangat tinggi dibandingkan dengan di Indonesia tidak membuat dapat hidup serba
kecukupan. Biaya hidup yang tinggi di Singapura karena memang semua makanan dan
barang di sana begitu mahal. Untuk sekali makan saja harus mengeluarkan uang
5-10 dolar untuk menu yang sederhana. Berarti untuk tiga kali makan bisa habis
sampai 15-30 dolar Singapura atau setara 150-300 ribu rupiah. Ditambah kebutuhan
lainnya, bisa menghabiskan 500 ribu dalam sehari, 15 juta dalam sebulan.
Selain dari
biaya makan, harga rumah atau mobil pribadi juga sangat mahal. Perbandingannya sewa satu apartemen di Singapura
setara dengan kita membeli 2 rumah SHM di Indonesia.
Di sini
denda, di sana denda, di mana-mana Singapura banyak denda. Bagi yang baru hidup
di Singapura, jangan pernah jauh-jauh dari buku pedoman atau sejenisnya. Salah
sedikit kita bisa kena sanksi dan denda. Semisal meludah sembarangan, buang
sampah, buang sisa permen karet, menyebrang di sembarang tempat dan masih banyak
lagi. Nah lebih nggak enaknya lagi, nilai dendanya bisa sampai jutan rupiah.
Agama di Singapura ditandai dengan
keragaman keyakinan dan praktik keagamaan karena campuran beragam etnis
masyarakat yang berasal dari berbagai negara. Denominasi agama besar kebanyakan
hadir di Singapura. Agama dengan jumlah pengikut terbanyak di Singapura adalah
Buddha yaitu sebanyak 33 % dari total penduduk Singapura.
Pemerintah
Singapura sudah lama berusaha untuk menjaga toleransi dan kerukunan antar umat
beragama di Singapura namun juga mencelak Saksi-Saksi Yehuwa dan Gereja
Unifikasi. Beberapa agama, terutama yang dipelopori oleh etnis- etnis Cina,
telah menggabungkan tempat ibadah mereka dengan agama- agama lain seperti Hindu
dan Islam.
Di sekolah,
anak-anak diajarkan dalam ilmu-ilmu sosial pelajaran tentang kerusuhan Maria
Hertogh dan 1964 Kerusuhan Ras , sebagai pengingat dari konsekuensi konflik
antar-agama. Kelas ras campuran, interaksi antara siswa dari berbagai ras dan
perayaan festival agama juga membantu menanamkan toleransi beragama dan
pemahaman dari usia muda.